hujan baru saja menapaki bumi tadi, membangunkanku di balik selimut
sepi. tapi awan hitam sama sekali tak memberiku harapan. kabutnya sama
sekali tak memberiku senyuman...tidak seperti hujan yang menyenangkan.
hujan selalu memberi makna pada setiap singgasana manusia. setiap
tetesnya memberiku kerinduan yang bernuansa. namun malam ini tidak
seperti kemarin, selimut tebal berbenang
sepi membuat aku dingin, tidak seperti kemarin yang terhangatkan
senyuman-senyuman bernama masalalu. bagaimana aku lupa? begitu indah
kala itu
hujan menetes di kepalaku...membuka sekat rindu dan mengetukku untuk kembali ke masalalu. lalu dimana sentuhan-sentuhan lembut yang biasa kau beri untukku? aku rindu itu! saat itu kau masih menggengagam jemariku lalu membawaku kedunia tak bernama namun terasa ada. yah, hujan ini membawa rindu, rindu yang terbalut sepi bagaikan tungku tanpa api. dingin yang tersisa.
hujan lagi...kau lagi...masa itu sudah berlalu, bagaimana jika membangun kisah yang baru? ah tidak, aku masih terlalu takut untuk kembali ke dunia itu. tubuhku gemetar. aku berlalu melihat langit yang hitam, tapi ia seolah enggan pergi agar hujan ini pergi dan matahari menghangatkanku dalam dingin yang sepi. dan suara-suara itu menusukku...
entah kau seperti apa sekarang...entah masih merindukanku, atau justru melupakanku? kau yang selalu tersenyum manis ketika ku ajak bicara, kau yang matanya berbinar saat ku tatap di balik rintik. aku juga tidak tahu kabarnya jalan itu...jalan yang selalu kita tapaki ketika senja mulai berlari.
lihatlah aku sekarang, duduk menantang langit dengan sebatang rokok dn secangkir kopi yang mendingin. kembali bernafas meneruskan sisa lelah perjuangan kemarin. di atas lampu-lampu kota yang mencoba menenangkan manusia dalam balutan lelah, di atas atap-atap rumah yang melindungi para penghuninya dari ketakutan hari esok.
hujan menetes di kepalaku...membuka sekat rindu dan mengetukku untuk kembali ke masalalu. lalu dimana sentuhan-sentuhan lembut yang biasa kau beri untukku? aku rindu itu! saat itu kau masih menggengagam jemariku lalu membawaku kedunia tak bernama namun terasa ada. yah, hujan ini membawa rindu, rindu yang terbalut sepi bagaikan tungku tanpa api. dingin yang tersisa.
hujan lagi...kau lagi...masa itu sudah berlalu, bagaimana jika membangun kisah yang baru? ah tidak, aku masih terlalu takut untuk kembali ke dunia itu. tubuhku gemetar. aku berlalu melihat langit yang hitam, tapi ia seolah enggan pergi agar hujan ini pergi dan matahari menghangatkanku dalam dingin yang sepi. dan suara-suara itu menusukku...
entah kau seperti apa sekarang...entah masih merindukanku, atau justru melupakanku? kau yang selalu tersenyum manis ketika ku ajak bicara, kau yang matanya berbinar saat ku tatap di balik rintik. aku juga tidak tahu kabarnya jalan itu...jalan yang selalu kita tapaki ketika senja mulai berlari.
lihatlah aku sekarang, duduk menantang langit dengan sebatang rokok dn secangkir kopi yang mendingin. kembali bernafas meneruskan sisa lelah perjuangan kemarin. di atas lampu-lampu kota yang mencoba menenangkan manusia dalam balutan lelah, di atas atap-atap rumah yang melindungi para penghuninya dari ketakutan hari esok.
Thanks for reading & sharing adskproject
0 komentar:
Post a Comment