Dialog Dini Hari, band beraliran folk dan blues ini
tentunya sudah tidak asing lagi di telinga anda. Band ini terbentuk di
awal tahun 2008 dengan Dadang SH Pranoto atau yang biasa dipanggil
Dadang di gitar dan vocal, Brozio Orah di bass, dan Denny Surya di drum.
Awal band ini terbentuk karena sudah saling kenal sebagai teman
nongkrong dan akhirnya punya ide untuk membuat band. Nama Diaog Dini
Hari dipilih karena dalam satu hari itu ada banyak waktu, pagi, siang
sore, petang, malam dan bagi mereka dini hari adalah waktu yang tepat
untuk introspeksi diri agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Selain
hobby ngeband, peronil Dialog Dini Hari juga hobby bersepeda dan saat
ini mereka juga sedang membangun sepeda sendiri, dan mereka juga suka
nongkrong bareng. Tempat nongkrong favorit mereka di Art Café, Seminyak.
Selain tepat nongkrong tepat ini juga dijadikan sebagai tempat meeting.
Dialog Dini Hari mengadakan tour setiap tahun dan mereka memilih
akhir tahun sebagai waktu yang tepat. Perspektif Pelangi Tour adalah
tour kedua dari band ini. Tour sebelumnya Dialog Dini Hari lebih memilih
café-café sedangkan tahun ini mereka mendatangi sekolah dan kampus.
Dalam tournya kali ini Dialog Dini Hari tidak sendiri, mereka melakukan
tour ini bersama dengan Nosstress karena masih berada dalam satu
produser dan aliran kedua band ini pun sama yaitu folk, sehingga
peralatan yang digunakan tidak jauh beda sehingga ongkosnya pun tidak
terlalu besar. Selain di Bali, mereka sudah tiga kali melakukan konser
keluar Bali.
Harapan Dialog Dini Hari untuk kedepannya adalah setiap personil
mempunyai rumah sendiri dan mempunyai keluarga mandiri. Selain itu band
ini ingin bisa memperluas karya mereka ke kancah nasional dan
internasional.
3. SORE
Grup
musik indie yang berasal dari Jakarta. Sore memiliki keunikan yaitu
semua anggotanya bermain musik dengan kidal. Sore dibentuk oleh tiga
teman masa kanak-kanak (Ade Paloh, Mondo Gascaro & Awan Garnida).
Pada akhir tahun 2001 Awan Garnida membawa dua teman-teman lain (Bembi
Gusti & Reza Dwiputranto) untuk membentuk kelompok yang mereka sebut
SORE (berarti "sore" dalam bahasa Indonesia).
Pada tahun 2005 akhir tahun 2004 dan awal mereka memberikan kontribusi dalam beberapa album kompilasi.
Kompilasi
yang pertama adalah kompilasi musik dari scene Jakarta indie yang
disebut "JKRT: skrg" (suatu abreviation dari "Jakarta, Sekarang" yang
berarti "Jakarta, Now" ) dirilis oleh Aksara Records. Yang kedua adalah
film original soundtrack "Janji Joni", juga dirilis oleh Aksara.
Akhirnya
pada bulan Juli 2005 mereka merilis panjang penuh debut album mereka
"Centralismo" (Aksara Records), yang sebagian menjadi upeti ke Jakarta
Pusat, di mana sebagian besar anggota dibesarkan. Musik mereka sangat
bervariasi dari trek untuk melacak sebagai anggota masing-masing
menyumbang bernyanyi memimpin dan lagu-menulis dalam album ini.
Penggunaan instrumen vintage yang mungkin membuat kenangan sedikit era
keemasan musik pop dari 50-an, 60-dan 70 hanya tanpa retro-ish.
Produk
musik Sore itu adalah bunga rampai dari beberapa genre yang diperoleh
antusias dari mendengarkan dan mengalami musik dari dekade berbagai abad
ke-20, dan berpuncak pada apa yang hanya dapat digambarkan sebagai"
"rock kolase" ", sebuah, benar-benar baru benar-benar menarik sonic
pengalaman.
Itu
tenang album debut sukses dari seorang seniman indie, seperti yang
terlihat dari ulasan yang media dan artikel. Ini menerima "empat bintang
(****)" dari koran Jakarta Post. Pada September 2005 "Centralismo"
ditinjau dalam majalah TIME ASIA sebagai "Salah satu Album WorthBuying
Asia". Pada akhir 2007 album ini menempati peringkat no 40 dalam "150
Album Greatest Indonesion of All Time" di Rolling Stone Magazine
Indonesia.
Sambil
mempersiapkan bahan mereka untuk album kedua mereka, mereka terlibat
dalam empat album soundtrack lainnya asli: "Berbagi Suami" (Cinta Untuk
Saham); "Kala" (Waktu Mati), Quickie Express, "Perempuan Punya Cerita"
(Nyanyian dari Lotus) , salah satunya menjadi hit single, "Pergi Tanpa
Pesan", pengerjaan ulang dari klasik jelas Indonesia dari akhir 1950-an.
Dalam tiga dari film ini Bembie gusti dan Mondo Gascaro bersama dengan
rekan mereka, Aghi Narottama juga bekerja sebagai direktur musik.
Dan
sekarang setelah bekerja bahan mereka selama lebih dari satu tahun,
mereka baru saja realesed album kedua mereka berjudul "Ports of Lima"
(Aksara Records - 2008) untuk pujian kritis besar. Musik dalam album ini
relatif padat di tekstur dari rilis sebelumnya, dengan gitar lebih
banyak dan distorsi, dan kepekaan atmosfer kuat.
Meskipun
banyak tema dari lagu-lagu berasal dari pengalaman pribadi, bioskop,
juga akan datang sumber inspirasi mereka, seperti yang ditunjukkan oleh
lagu-lagu seperti "Essensimo" (400 Truffaut ini Blows), 400 Elegi
(Elephant Man Lynch), Come By Sanjurou (Kurosawa Sanjurou).
Sore - Apatis Ria
Sumber : http://www.lorongmusik.com
4. Efek Rumah Kaca
Grup
musik indie Indonesia yang berasal dari Jakarta dan dibentuk pada tahun
2001. Sebelumnya, band ini bernama Hush. Nama ini kemudian diganti
menjadi Superego, lalu berubah lagi pada tahun 2005 menjadi Efek Rumah
Kaca - diambil dari salah satu judul lagu pada album perdana mereka.
Efek Rumah Kaca adalah
grup musik indie yang berasal dari Jakarta. Terdiri dari Cholil Mahmud
(vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), Akbar Bagus
Sudibyo (drum, vokal latar). Mereka dikenal oleh para pecinta musik di
Indonesia lagu-lagu mereka yang banyak menyentuh dan memotret keadaan
sosial masyarakat di sekitar mereka pada semua tingkatan. Sampai
sekarang, band ini sudah mengeluarkan dua buah album studio, yaitu Efek
Rumah Kaca pada tahun 2007 dan Kamar Gelap pada tahun 2008.
Mulai Januari 2009, mereka dipercaya untuk mengisi rubrik khusus seputar pemilu di surat kabar Kompas setiap hari Sabtu.
Sejak
awal kemunculan mereka, banyak pihak yang menyebutkan bahwa warna musik
Efek Rumah Kaca tergolong dalam post-rock, bahkan ada yang menyebutkan
shoegaze sebagai warna musik mereka. Tetapi, Efek Rumah Kaca dengan
mantap menyebutkan bahwa warna musik mereka adalah pop, karena mereka
merasa tidak menggunakan banyak distorsi dan efek-efek gitar dalam
lagu-lagu mereka seperti selayaknya musik rock.
Banyak yang menyebutkan bahwa warna musik Efek Rumah Kaca
tergolong dalam post-rock, bahkan adapula yang menyebutkan shoegaze
sebagai warna musik mereka. Tetapi, Efek Rumah Kaca dengan mantap
menyebutkan bahwa warna musik mereka adalah pop, karena mereka merasa
tidak mengunakan banyak distorsi dalam lagu-lagu mereka seperti
selayaknya musik rock. Secara musikal, ERK cukup banyak dipengaruhi oleh
Jeff Buckley, Smashing Pumpkins, Radiohead, Sting, Jon Anderson, hingga
Bjork.
Sejak
merilis debut album self title pada September 2007 (di bawah Indie Label
Paviliun Records), ERK mendapat respon positif dari berbagai media dan
kalangan. Puluhan, bahkan mungkin ratusan blog di internet meresensi
album ini dengan antusias. Puluhan media cetak nasional memberi kredit
yang baik. Puluhan tampil di layar TV nasional dan lokal. Ratusan radio
memasukkan single-single mereka- terutama lagu ”Cinta Melulu”- ke dalam
chart mereka. Kalangan pelajar, mahasiswa, sesama musisi, seniman, LSM,
hingga kalangan umum mengapresiasi musik Efek Rumah Kaca.
Ratusan panggung di berbagai daerah mendapat sambutan positif: Jakarta,
Bandung, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Yogyakarta, Jombang, Bali,
Medan, Pekanbaru.
Efek Rumah Kaca
disebut-sebut sebagai ”produk indie” terbaik saat ini, media-media
musik menjulukinya sebagai ”band yang cerdas”, ”sesuatu yang berkualits
sekaligus ’menjual’”, atau bahkan ”penyelamat musik Indonesia”.
Dan
ERK masih menjadi band yang sama seperti sejak terbentuknya: berusaha
terus menulis lagu sebagus dan seindah mungkin, sambil memotret
kenyataan.
Mereka mengatakan bahwa musik adalah hidup mereka. Semua yang terjadi dalam hidup mereka terlihat dalam musik mereka. Mereka juga digambarkan sebagai grup musik pop dengan pesan-pesan sosial dan politik dalam lirik mereka.
Efek
Rumah Kaca (ERK) sepertinya ingin membawa pesta akhir tahun lebih cepat
untuk penggemarnya. ERK baru saja merilis album barunya berjudul
'Sinestesia' pada tanggal 17 Desember 2015.
'Sinestesia'
seperti sebuah 'ajakan' dari ERK untuk mendalami lebih jauh dan luas
sisi musikalitas mereka. Tak heran, lagu-lagu dalam album ini punya
durasi cukup panjang dibandingkan karya lainnya. Album
bertajuk 'Sinestesia' ini berisi 6 track yang diberi judul berdasarkan 6
warna yakni Merah, Biru, Jingga, Hijau, Putih, dan Kuning.
'Sinestesia'
disebut layaknya sebuah album sinematis yang mengajak para pendengar
album membangun imajinasinya sendiri. Melafalkan setiap bait, nada dan
makna dalam sebuah pemikiran yang dimerdekakan oleh ERK. Hingga
tak heran, 'Sinestesia' seperti sebuah klimaks dari penantian tersebut.
Tentunya juga sebagai obat rindu fans ERK yang sempat 'dihadiahi'
sebuah alter ego bernama Pandai Besi.
Mereka mengatakan bahwa musik adalah hidup mereka. Semua yang terjadi dalam hidup mereka terlihat dalam musik mereka. Mereka juga digambarkan sebagai grup musik pop dengan pesan-pesan sosial dan politik dalam lirik mereka.
Sumber : http://www.lorongmusik.com
5. PADI
Kenapa band ini saya taruh yang terakhir? karena saya rindu PADI yang dulu. Mungkin banyak juga para penggemar padi yang ingin mendengar dan menikmati musik padi yang dulu. Keren banget deh... Saya tidak akan menjelaskan banyak lagi tentang band satu ini. Kalian sudah pasti tahu. so, kita sekarang hanya bisa menikmati musik padi yang dulu saja.
Nih saya kasih video edannya Fadly PADI ft Burgerkill. ini salah satu favorit saya juga.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nah, sekian deh TOP 5 Band Romance menurut saya. dijamin lirycnya lebih puitis deh. yang nangis nambah nangis deh. Sebenarnya masih banyak Band romance atau pengiring tidur saya. Seperti White shoes and the company, mocca, dan masih banyak deh yang enak-enak lainnya. Tapi capek ngetiknya ah.
Barangkali ada yang mau baca juga : TOP 5 BAND ROCK N ROLL INDONESIA untuk yang galau, bisa semangat terus.
sekian deh dari saya. Semoga bermanfaat yah...Terimakasih hatur nuhun.
0 komentar:
Post a Comment