Halo Bro sist yang lagi nyari tugas, lagi-lagi kali ini saya akan membagikan tugas teman dekat saya bernama Shafiyyah Khairunnisa dari UHAMKA. Enak yah punya temen jurusan Bahasa Indonesia, tugas-tugasnya bisa di contek atau di jadikan artikel di blogs sayah...ckckckckck(anak alay)
okey bro sist, lansung aja nih saya copas. Tapi jika ingin mencontek atau mengcopas, sedikit aja yah... Sama ijin dulu yah...biar lebih afdol. jadilah pencontek yang baik, berpendidikan, baik, dan menghargai norma-norma yang ada. xixixixixi....
okey bro sist, lansung aja nih saya copas. Tapi jika ingin mencontek atau mengcopas, sedikit aja yah... Sama ijin dulu yah...biar lebih afdol. jadilah pencontek yang baik, berpendidikan, baik, dan menghargai norma-norma yang ada. xixixixixi....
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permasalahan
Karya
sastra merupakan cerminan dari budaya yang didalamnya terdapat ide, gagasan,
dan pengalaman-pengalaman kehidupan yang diwujudkan melalui bahasa sehingga
timbil suatu keindahan tersendiri dalam setiap bahasanya dan memiliki nilai
seni yang tinggi. Sastra merefleksikan kehidupan manusia; ungkapan emosi
manusia, persoalan-persoalan manusia dengan alam; manusia dengan manusia lain;
mausia dengan dirinya sendiri; atau bahkan manusia dengan makhluk hidup
lainnya. Secara tidak langsung sastra menggambarkan semua itu dengan
mendeskripsikan kehidupan yang nyata ke dalam sebuah bentuk karya.
Pada
dasarnya, karya sastra terbentuk dari sebuah pemikiran dan pengamatan akan sebuah
kehidupan. Sastra menyajikan ungkapan kejiwaan manusia dalam bentuk seni,
sedangkan psikologi mempelajari proses-proses kejiwaan manusia. Sastra lahir
dari ekspresi pengalaman yang telah mengalami proses konsep kemudian diolah
dengan suasana batinnya sendiri, dituangkan ke dalam karya sastraa yang
terproyeksi lewat ciri-ciri para tokohnya.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk sebagai syarat Ujian Akhir Semester 6 dan
untuk menambah pengetahuan penulis tentang kajian terhadap karya sastra
(drama), serta agar penulis dapat mengetahui bagaimana mengkaji karya satra
(drama) dengan baik dengan menggunakan suatu pendekatan tertentu. Dalam makalah
ini penulis memilih pendekatan psikologi sastra.
3. Ruang Lingkup Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kita simpulkan beberapa pertanyaan yang
akan di bahas dalam makalah ini yaitu:
Bagaimana struktur teks drama “Reuni Banci” karya M. Sinar
Hadi ?
Bagiman kajian pementasan drama melaui pendekatan
psikologi setiap karakter
tokohnya ?
4. Metode Penulisan
Metode deskriptif: Memberikan
gambaran apa adanya. Teknik observasi / wawancara
5. Manfaat Kegiatan
·
Bagi penulis :
Bagi penulis, makalah ini sangat bermanfaat karena
setelah melihat apresiasi drama pertunjukan tersebut selanjutnya penulis dapat
mengalai proses pengkajian, sehingga pengetahuan serta pengalaman penulis akan
karya sastra juga bertambah.
·
Bagi pembaca :
Bagi pembaca, makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
tentang kajian terhadap karya sastra serta dapat menemukan nilai-nilai yang
terkadung di dalamnya.
BAB II
PERTUNJUKAN REUNI BANCI KARYA M. SINAR
HADI
1. Biografi Penulis dan
Sutradara
M. Sinar Hadi lahir di Jakarta, 14 November
1958. Ia seorang guru SMA sejak tahun 1981. Ia juga seorang dosen kajian puisi
dan kajian drama di sebuah perguruan tinggi.
Ia seorang multi-talent dan juga seorang multi-intelegence. Sebagai seorang profesional
memegang teguh prinsip idealismenya. Sebagai seniman ia menekuni seni lukis,
seni peran juga seni vokal sejak tahun 1975 hingga sekarang.
Bidang
tulis-menulis pun tak luput digelutinya sebagai ladang pengembaraan
kreativitasnya yang diwujudkan dalam sejumlah kayanya sejak 1978 “Ande-Ande
Lumut Gugat” (naskah pertamanya). Ia juga menulis skenario sinetron pendidikan,
film independent, audio-video pendidikan (pembelajaran jarak jauh di tujuh kota
di Indonesia sebanyak 60 episode) dan buku pelajaran.
Naskah
drama pentasnya berjumlah lebih kurang 100 judul. Diantaranya yang sudah
dipublikasikan dan ia sutradarai, yaitu Ande-Ande Lumut Gugat (1978). Bermain
Bahasa (1979), Aku Frustasi (1981), Cintanya Mat Sani 1 (1982), SLA (1983),
Sidang Dunia 1(1984), Sidang Dunia 2. Rama Shinta, UT (1985), Sangkuriang
Meriang (1986), Jaka Tarbu Kecelup, Jumena-Jumeni, Sebutir Peluru, Rumah
Pejuang (1987), Sebuah Kenangan (1988), Senja Makin Pudar-Pengeksekusian Tanah
Kami(1989)., Lamaran (1993), Sang Purnawirawan (1996), Cintanya Mat Sani 2
(2002), Cintanya Mat Sani 3 (2005), dsb. Drama pentasyang akhir ini baru saja
dipertunjukan, yaitu Maling Kudang Tergugat (2014) dan Reuni Banci (2015)
itulah serangkain karya sastra drama pentas yang beliau ciptakan dan sutradarai
sendiri hingga sekarang.
2. Sinopsis Reuni Banci
karya M. Sinar Hadi
Cerita Reuni Banci (RB) bermula seorang
laki-laki yang berubah kodratnya menjadi wanita atau bisa disebut banci. Reuni
banci mengkisahkan tentang para banci-banci dengan latar belakang yang berbeda
ia berubah menjadi laki-laki menyerupai wanita
Kisah
hidup banci yang di pertemukan dalam suatu kontes acara pemilihan ratu banci. Dari
acara pemilihan ratu-ratuan ratu banci dari berbagai daerah di Nusantara ini,
menceritakan bagaimana mereka bisa berubah menjadi banci dan dipanggil dengan
karakter masing-masing. MC yang bergaya agak kebancian dan juri 1 yang agak
kebancian, mendampingi pemilihan kontes acara pemilihan ratu banci itu.
Peserta
pemilihan ratu banci yang dimeriahkan oleh dari beberapa 10 nominasi banci dari
berbagai daerah di Nusantara yaitu, Beti (Bencong Tikungan) dari Jakarta, Beang
(Bencong Angkringan) dari Solo, Lisa (Lilitan Sange) dari Papua, Barbi(Barang
Bikinan) dari Madura, Mona (Monyong Napsuin) dari Madura, Tince (Tindakan
Cepat) dari Tegal, Dobar(Doyan Barang) dari Ambon, Ntin Suhaetin alias
Banjabar(Banci Jawa Barat) dari Garut Jawa Barat. Acara tersebut semakin tegang
saat nominasi itu dibacakan lalu nominasi itu dimenangkan oleh Beti perwakilan
banci dari Jakarta menjadi juara pertama, beti bagitu senang dan bangga saat
segala macam pujian dan ucapan selamat.
Di
suatu malam dipangkalan dekat perkampungan Jatinan dengan hati yang gundah
gulana, beberapa Jatinan menanti laki-laki yang suka dengan Jatinan. Berbi dan
Tince degan gaya lebay, mereka sedang menghitung uang penghasilannya semalam.
Sementara Tince kelihatan mau muntah sebentar-bentar menjulurkan lidahnya. Di
sudut berbeda tampak Beang dan Lisa resah gelisah belum ada yang mendekatinya. Seorang
kakek yang dipanggil Engkoh keluar dari kegelapan malam. Ia berjalan dengan
tertatih, diwajahnya terlihat antara senyum bangga dan letih setelah habis
dipakai oleh Dobar.
Dalam
Reuni Banci ini juga mengangkat kisah percintaan terlarang Beti dan Laki-laki
2. Di sudut taman, Beti dan pacarnya (laki-laki 2) sedang asik bercumbu. Lalu
tiba-tiba mereka seperti berbincang serius tentang hubungannya. Lalu terdengar
suara-suara gaduh, teriakan-teriakan dari jalan. Razia banci kiranya sedang
berlangsung. Bersamaan dengan itu mona tampak terpongoh-pongoh memberitahu semua
penghuni perkampungan JANTINA untuk bersembunyi. Tampak suasana makin keruh
saat beberapa Kamtib mengejar-ngejar banci yang berusaha kabur.
Malam itu, di tempat pertemuan dan
pembinaan banci-banci yang tertangkap. Mona, Beang, Lisa, Ntin Suhaetin, Barbi,
dan Mami berhadapan dengan Pemuka Masyarakat. Wajah-wajah mereka kelihatan
letih, namun mereka tetap harus menerima kenyataan pahit dan getir sebagai
manusia-manusia khilaf. Sebagian kelompok JANTINA tampak resah, mereka
menggerundel atas perlakuan PENGDA (Pengurus Daerah) terhadap para JANTINA. Tak
lama muncul di belakang PENGDA, seorang PEMAG(Pemuka Agama), wajahnya yang
bercahaya menandakan dia orang yang dapat memeberikan kebaikkan. PEMAG
menasihati dan mengingatkan para banci tersebut tentang kodrat aslinya bahwa
allah sangat membenci dan Rasulullah akan melaknat apa bila ada laki-laki yang
menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki yang berubah karena
pengaruh lingkungan dan gaya hidup atau karena masa lalu yang membentuknya,
maka agar segerlah bertaubat.
Di dalam kitab mana pun dan hukum
mana pun itu pasti ada dibicarakan meski tersirat. Terlebih lagi di dalam Al
Qur’an dan Al Hadits, sanksinya pun sudah jelas bagi golongan seperti kalian
(Banci). Nabi bersabda “keluarkan mereka(usir), golongan mukhanats jika berada
di rumah-rumah kalian, bila perlu asingkan mereka dari kehidupan bermasyarakat
!”
Kemudian para banci dan Mami Bences
melangkah bersama meninggalkan ruang pembinaan yang berasa kian pengap memenuhi
jiwa dan dada mereka yang sesak mendesak untuk segera pergi menjauh dari PEGDA
yang sok moralis dan PEMAG yang hanya bisa menyampaikan syariat demi syariat. Di
pangkalan dekat perkampungan JANTINA, pada mamam itu Mami Bence tampak sedih
karena ia tidak sanggup melihat tempat tinggal bersama JANTINA yang ia bangun,
sudah dibakar dan Mami Bences belum bisa menerima kenyataan yang harus
dihadapinya, sementara beberapa JANTINA berkemas-kemas untuk meninggalkan
tempat itu. Banci-banci tersebut sempat kebinggungan mereka harus pergi kemana
dan tinggal dimana, beberapa kali banci-banci itu menanyakan kepada Mami Bences
dan akhirnya Mami Bences mengatakan agar para banci tersebut meninggalkan perkampungan
JANTINA untuk meninggalkan semua kenangan dtempat itu dan menemukan jalan yang
lebih baik selalin harus menjadi banci.
Di reruntuhan puing-puing pasca
pembakaran tampak Beti, Dobar, dan Tince, sedang berbincang sambil berkemas.
Mereka terlihat sedih, kecewa, gusar, dan nelangsa. Beberapa pesan disampaikan
mereka apabila mereka sudah bertaubat dan menjadi laki-laki sejati. Mereka
mengakui jalan yang mereka ambil selama ini sebagai banci itu salah. Setelah
itu mereka apa bila bertaubat, mereka akan bersungguh bertaubat dan
mempasrahkan dirinya hanya kepada Allah SWT, lalu tanpa disadari suara mereka
kedengaran seperti layaknya laki-laki normal kembali.
Sebulan berlalu, di perkampungan
jalan kota lalu lintas begitu padat. Tampak Beti berjalan sendiri di trotoar
dengan berpakaian laki-laki. Sesaat mereka melihat Ntin, Lisa, Barbi, Mona,
Beang, Dobar, dan Tince juga berpakaian laki-laki, berteriak memanggil-manggil namanya. Beti senang
sekali. Beti, ingin segera menyeberang jalan, namun tiba-tiba dari arah kanan
beti, sebuah motor dikendari dengan kecepatan tinggi melintas dan menabrak Beti
hingga Beti terpelanting dan membentur pinggiran trotoar. Beti seketika tewas.
Semua teman-teman Beti menjerit, menangis, meratapi. Sesaat mereka kehilangan
teman yang dicintainya.
Di perumahan dekat perkampungan
JANTINA tengah malam di pos keamanan perumahan, dua orang hansip bergegas
keliling perumahan untuk melihat dan meyakinkan kondisi dan situasi sekeliling
lingkungan yang aman terkendali. Namun, suasana berubah menegangkan ketika
sosok Beti datang dengan keadaan berkafan, berdiri di belakang pos
penjagaan. Kemudian ketika itu hansip
itu tau dan kaget ada kedatang sosok Beti dalam keadaan yang masih berkafan
ikut dalam percakapan mereka.
Kedua hansip berusaha kabur dari pos
penjagaan, akan tetapi kaki-kaki mereka teras tidak dapat digerakkan. Mereka
berlari di tempat, padahal mereka merasa sudah berlari jauh. Sementara Beti
menatap ke depan kosong. Beti masih merasa sedih, karena ia belum menemukan
orang yang memandikan dan mendandaninya ketika ia meninggal. Beti berdoa kepada
Tuhan semoga taubatnya bisa diterima.
3. Pertunjukan Reuni
Banci karya M. Sinar Hadi
Reuni Banci, dipertunjukan pada hari
Kamis, 27 Juni 2015, pukul 14.00 di Gedung Pertunjukan Bulungan, Jak-sel.
Sutradara: M. Sinar Hadi, Astrada: Ipan, Pemusik : Om Dedy (Musisi) dan
Komunitas Vanderwijck. Dengan kapasitas penonton kurang lebih 300 penonton.
Pemain
Agni : Sebagai Beti (Jakarta)
Hari : Sebagai Beang (Solo)
Pepi : Sebagai Lisa (Papua)
Alfin :Sebagai
Barbi (Madura)
Faisal Eka : Sebagai Mona (Sumatra Barat)
Faris : Sebagai Tince (Tegal)
Jalal : Sebagai Dobar (Ambon)
Wishnu : Sebagai Suhaetin (Sunda)
Ipan : Sebagai MC
Rezki : Sebagai Juri 1
Sada : Sebagai Engkoh
Rian : Sebagai Laki-Laki 1
Hilman : Sebagai Laki-Laki 2
Rudi : Sebagai Mami
Pak Jupri : Sebagai PENGDA (Pengurus Daerah)
Hilman : Sebagai PEMAG (Pemuka Agama)
Teguh : Sebagai Hansip 1
Haidar : Sebagai Hansip 2
III
TINJAUAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN PADA PEMENTASAN DRAMA
REUNI BANCI
KARYA M. SINAR HADI
1. Batasan dan Pemahaman
Psikologi Pendidikan
A. Definisi Pengertian Drama
Kata ‘drama berasal dari kataGrek (bahasa Yunani) ‘draien’, yang diturunkan
dari kata ‘draomai’ yang smula berarti berbuat, bertindak, dan beraksi (to do,
to act). Dalam perkembangan selanjutnya, kata ‘drama mengandung arti kejadian,
risalah, dan karangan.
Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia Drama, merupakan komposisi syair atau
prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah
laku (akting) atau dialog yang dipentaskan.
Riiris K. Sarumpaet dalam Soediro(2012:3) istilah Drama dan Teater
memberikan batasan ‘drama’ adalah sebagai berikut, “Drama adalah ragam sastra
dalam bentuk yang dimaksudkan untuk dipertunjukan di atas pentas. Secara lebih
khusus, drama menunjuk pada lakon yang serius, dapat berakhir suka, maupun duka
dengan masalah yang serius pula, sekalipun tanpa pamrih menjadikannya suatu
drama duka.”
Menurut Waluyo (2014:40) dalam
Alfian, drama naskah disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre
sastra, drama naskah dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur
batin (semanti, makna). Wujud fisik sebuah naskah a dalah dialog atau ragam
tutur. Ragam tutur itu adalah ragam sastra.
M.H Abrams, dalam ‘Aglossary of
Literary Terms”(1971:43) memberi batasan ‘drama sebagai ragam sastra dalam
bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Secara
khusus drama menujuk pada lakon yang serius dapat berakhir dengan suka (suka
cerita, komedi), maupun duka (duka cerota, tragedi).
B. Definisi Pendekatan Psikologi
Menurut Suaka (2014:228) Psikologi sastra adalah kajian sasra yang
memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta,
rasa dan karya dalam berkaya. Beitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga
tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing.
Psikologi sastra secara umum bertujuan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan
yang terkandung dalam suatu karya sastra. Atas dasar itulah, penelitian
psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra.
Pendekatan psikologis model Freud, sampai saat ini paling
banyak menjadi rujukan dengan teori kepribadian. Menurut Freud (dalam Ratna,
2008:62-63), teori kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu, pertama id atau es; kedua, ego atau ich; ketiga, super ego atau uper ich. Isi id (tidak sadar) adalah
dorongan-dorongan primitive yang harus dipuaskan, salah satu contohnya adalah
libido. Id dengan demikian merupakan kenyataan subjektif primer, dunia batin
sebelum individu memiliki pengalaman tentang dunia luar. Ego (tidak sadar, prasadar,
sadar) bertugas untuk mengontrol
ego, sedangkan super ego (tidak sadar, prasadar, sadar)berisi kata hati.
Wallek dan Warren (1998) menyebutkan, psikologi memasuki
bidang analisis sastra melalui beberapa jalan:
1. Pembahasan tentang proses penciptaan.
2. Pembahasan psikologi terhadap pengarangnya atau studi kreatif (baik sebagai satu tife, maupun sebagai seorang pribadi).
3. Pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang
dapat ditimba dari karya sastra.
4. Pengaruh karya sastra terhadap pembacanya.
Tingkah laku dapat
dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara
pendekatan yaitu :
1)
Pendekatan neurobiologist
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh
aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologist berupaya
mengkaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi
dalam tubuh serta menentukan proses neurobiologist yang mendasari perilaku dan
proses mental.
2)
Pendekatan perilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarya tingkah laku
adalah respon atau stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan
dalam model S-R atausuatu kaitan Stimulus-Respon. Ini berarti tingkah laku itu
seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B
Watson, kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F Skinner, dan
melahirkan banyak sub aliran .
3)
Pendekatan kognitif
Menekankan bahwa tingkah laku adalah proses dimana
individu(organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dan menaggapi
stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukkan
proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang
4)
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan ini dikembangkan oleh Sigmud Freud. Ia
meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh hal-hal yang
tidak disadari, seperti keinginan, implus, atau dorongan. Keinginan atau
dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar sewaktu-waktu akan
menuntut untuk dipuaskan.
5)
Pendekatan fenomenologi
Pendekatan ini lebih memperhatikan pada pengalaman
subjektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan
individu terhadap diri dan dunianya,
konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran
atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu
dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.
2.
Pembahasan Pementasan Drama Reuni Banci karya M. Sinar
Hadi
Dalam pementasan
Reuni Banci ini M. Sinar Hadi tertarik mengangkat kisah kehidupan seseorang
banci yang ada di kota metropolitan. pementasan drama ini berceritakan
banci-banci JANTINA, manusia-manusia yang datang di era modernisasi dan
globalisasi menggambarkan bagaimana banci JANTINA muncul dengan latar panggung
dunia glamorisasi di acara pemilihan
ratu-ratuan ratu banci. Reuni banci ini sangat menarik karena tidak hanya
membicarakan soal banci tetapi juga mengkritik pemerintah
dan kritis terhadap kekuasaan. Dengan didukung ilustrasi
dan memalui tata lampu dan musik menggambarkan pementasan drama Reuni Banci ini
sudah terlihat sangat baik walaupun tidak banyak properti dan latar panggung
yang banyak digunakan. 10 nominasi sangat menarik untuk dibahas karena banci
JANTINA yang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Mereka memiliki latar
belakang cerita pada masa lalunya, mengapa mereka bisa berubah menjadi banci.
Dalam mengkaji aspek psikologi salah satu tokoh bernama
Beti dalam drama RB karya M. Sinar Hadi, perlu memperhatikan kejiwaanya karena
pada tokoh utama ini waktu kecil sering nongkrong di tikungan dengan
teman-teman tiap malam.
Perhatikan dialog antara Juri 1 dengan Beti dibawah ini :
Juri 1 :”Silahkan sebutkan nama ye satu persatu dan
berikan alasan mengapa pilih nama itu dan sedikit latar belakang kenapa ye pada
jadi manusia begini,ga jelas “
Banci 1 : “Namaku Beti. Alias Bencong Tikungan. Aku jadi
begini karena waktu kecil aku sering nongkrong di tikungan dengan teman-teman
tiap malam. Lalu peristiwa mengemparkan
masyarakat sekitar menimpa diriku. Hujan turun deras. Waktu itu aku mau berlari
pulang, tapi tiba-tiba langit gelap, guntur menggelegar dan kilat
menyambar-nyambar, dan acchhh, ‘dasar’ kilatnya iseng aja, kilat itu
menghabiskan penghuni yang ada di selakangannya dan aku pernah ikut kejuaraan cheersleader. Tapi
nggak lama aku dikeluarkan dari grup alasannya aku terlalu kurus sekali.”
Memperhatikan
perkembangan jiwaan tokoh Beti dalam RB karya M. Sinar Hadi ini, bahwa Beti
kurang adanya pengawasan dari orang tuanya, kasih sayang hingga kurangnya
perhatian atas perilaku dan perkembangan saat Beti tumbuh. Kurangnya pembekalan
orang tua dari sejak dini menjadi salah satu faktor untuk perkembangan dan
kejiwaan anak bertumbuh menjadi sesuai jenisnya dan kodratnya. Pembekalan agama
yang penuh, membuat anak juga bisa mengambil jalan yang baik dan mana jalan
jalan buruk.
Kemudian dari segi psikologi salah
satu tokoh banci yaitu Tince nominasi dari Madura, waktu kecilnya termasuk anak
laki-laki yang cerdas, cadas dan kandas. Waktu kedua orang tuanya ingin membuat
dia, bapaknya ingin anak laki-laki tetapi ibunya ingi anak perempuan., mereka
galau. Lalu saat ML mereka sempat berdebat ini itu, laki-laki dan perempuan,
kemudian sampai menjelang ejakuasi bapaknya berteriak banci dan akhirnya
Tince lahir dengan agak ke wanita-wanitaan. Akhirnya tince memutuskan
pergi dari rumah. Untuk mencari nafkah sendiri.
Maka dalam aspek psikologi ini pada
drama pertunjukan RB karya M. Sinar Hadi, peranan orang tua mendidik anak
sangatlah penting karena dalam
perkambangan dan tumbuhnya seorang anak atau anak laki-lakinya berkembang
secara alami seperti laki-laki normal, itu hanya bisa bagaimana orang tua
mendidiknya dan bagaiman gaya hidup serta lingkungannya yang dapat
mempengaruhinya bak buruknya dala id, ego dan super ego yang ada pada dirinya.
Para banci JANTIN ini berubah menjadi banci karena
mengalami beberapa faktor yaitu, akal sehat dan fitrahnya yang kurang dipakai
untuk memenuhi nafkah, mereka mejadi banci karena pengaruh linggkungan dan gaya
hidup yang menjerumus ke arah frustasi hingga ia memutuskan ke jalan yang salah
yaitu menjadi banci.
IV
PENYIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Sastra merupakan hasil ciptaan manusia
yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan
penciptanya, tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan
emosional. sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas
pengertiannya daripada karya nonfiksi.
Dengan mempelajari sastra kita akan
mengenal yang namanya karya sastra. Karya sastra pada umumnya berisi tentang
permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa
permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Dari permasalahan tersebut, dibuatlah
suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan para
tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur
atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut disebut drama.
Hasil analisis
pertunjukan drama menunjukan bahwa pada drama yang berjudul Reuni Banci karya M. Sinar Hadi ini
memiliki suatu aspek tentang kejiwaan, dimana keseluruhan isi drama dibahas
dengan menggunakan pendekatan Psikologi
Sastra. Hal atau bagian pada naskah drama yang kentara dengan pendekatan
yang diterapkan tersebut, bisa dilihat pada peristiwa ketika Penyair harus
memutuskan apakah Ia harus mengambil jalan kegelapan atau jalan yang baik.
2.
Saran
-
Pustaka acuan
Abu ahmad. Psikologi
Umum. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian: Perkenalan Awal Terhadap
Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan Teater Bagian 1.
Yogyakarta: Ombak
Suaka, I Nyoman. 2014. ANALISIS SASTRA: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ombak.
Thanks for reading & sharing adskproject
0 komentar:
Post a Comment