Home » » Tinjauan Psikologi Pendidikan Pada Pementasan Drama (Reuni Banci, Karya : M. Sinar Hadi)

Tinjauan Psikologi Pendidikan Pada Pementasan Drama (Reuni Banci, Karya : M. Sinar Hadi)

Posted by adskproject on Monday 28 March 2016

Halo Bro sist yang lagi nyari tugas, lagi-lagi kali ini saya akan membagikan tugas teman dekat saya bernama Shafiyyah Khairunnisa dari UHAMKA. Enak yah punya temen jurusan Bahasa Indonesia, tugas-tugasnya bisa di contek atau di jadikan artikel di blogs sayah...ckckckckck(anak alay)

okey bro sist, lansung aja nih saya copas. Tapi jika ingin mencontek atau mengcopas, sedikit aja yah... Sama ijin dulu yah...biar lebih afdol. jadilah pencontek yang baik, berpendidikan, baik, dan menghargai norma-norma yang ada. xixixixixi....


BAB I   
PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang Permasalahan
                 Karya sastra merupakan cerminan dari budaya yang didalamnya terdapat ide, gagasan, dan pengalaman-pengalaman kehidupan yang diwujudkan melalui bahasa sehingga timbil suatu keindahan tersendiri dalam setiap bahasanya dan memiliki nilai seni yang tinggi. Sastra merefleksikan kehidupan manusia; ungkapan emosi manusia, persoalan-persoalan manusia dengan alam; manusia dengan manusia lain; mausia dengan dirinya sendiri; atau bahkan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Secara tidak langsung sastra menggambarkan semua itu dengan mendeskripsikan kehidupan yang nyata ke dalam sebuah bentuk karya.
                 Pada dasarnya, karya sastra terbentuk dari sebuah pemikiran dan pengamatan akan sebuah kehidupan. Sastra menyajikan ungkapan kejiwaan manusia dalam bentuk seni, sedangkan psikologi mempelajari proses-proses kejiwaan manusia. Sastra lahir dari ekspresi pengalaman yang telah mengalami proses konsep kemudian diolah dengan suasana batinnya sendiri, dituangkan ke dalam karya sastraa yang terproyeksi lewat ciri-ciri para tokohnya.
2.     Tujuan Penulisan
                 Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk sebagai syarat Ujian Akhir Semester 6 dan untuk menambah pengetahuan penulis tentang kajian terhadap karya sastra (drama), serta agar penulis dapat mengetahui bagaimana mengkaji karya satra (drama) dengan baik dengan menggunakan suatu pendekatan tertentu. Dalam makalah ini penulis memilih pendekatan psikologi sastra.

3.     Ruang Lingkup Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kita simpulkan beberapa pertanyaan yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu:
Bagaimana struktur teks drama “Reuni Banci” karya M. Sinar Hadi ?
Bagiman kajian pementasan drama melaui pendekatan psikologi setiap karakter
tokohnya ?


4.     Metode Penulisan
Metode deskriptif: Memberikan gambaran apa adanya. Teknik observasi / wawancara

5.     Manfaat Kegiatan
·         Bagi penulis :
Bagi penulis, makalah ini sangat bermanfaat karena setelah melihat apresiasi drama pertunjukan tersebut selanjutnya penulis dapat mengalai proses pengkajian, sehingga pengetahuan serta pengalaman penulis akan karya sastra juga bertambah.
·         Bagi pembaca :
Bagi pembaca, makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang kajian terhadap karya sastra serta dapat menemukan nilai-nilai yang terkadung di dalamnya.



























BAB II
PERTUNJUKAN REUNI BANCI KARYA M. SINAR HADI

1.     Biografi Penulis dan Sutradara
                 M. Sinar Hadi lahir di Jakarta, 14 November 1958. Ia seorang guru SMA sejak tahun 1981. Ia juga seorang dosen kajian puisi dan kajian drama di sebuah perguruan tinggi.
                 Ia seorang multi-talent dan juga seorang multi-intelegence. Sebagai seorang profesional memegang teguh prinsip idealismenya. Sebagai seniman ia menekuni seni lukis, seni peran juga seni vokal sejak tahun 1975 hingga sekarang.
                 Bidang tulis-menulis pun tak luput digelutinya sebagai ladang pengembaraan kreativitasnya yang diwujudkan dalam sejumlah kayanya sejak 1978 “Ande-Ande Lumut Gugat” (naskah pertamanya). Ia juga menulis skenario sinetron pendidikan, film independent, audio-video pendidikan (pembelajaran jarak jauh di tujuh kota di Indonesia sebanyak 60 episode) dan buku pelajaran.
                 Naskah drama pentasnya berjumlah lebih kurang 100 judul. Diantaranya yang sudah dipublikasikan dan ia sutradarai, yaitu Ande-Ande Lumut Gugat (1978). Bermain Bahasa (1979), Aku Frustasi (1981), Cintanya Mat Sani 1 (1982), SLA (1983), Sidang Dunia 1(1984), Sidang Dunia 2. Rama Shinta, UT (1985), Sangkuriang Meriang (1986), Jaka Tarbu Kecelup, Jumena-Jumeni, Sebutir Peluru, Rumah Pejuang (1987), Sebuah Kenangan (1988), Senja Makin Pudar-Pengeksekusian Tanah Kami(1989)., Lamaran (1993), Sang Purnawirawan (1996), Cintanya Mat Sani 2 (2002), Cintanya Mat Sani 3 (2005), dsb. Drama pentasyang akhir ini baru saja dipertunjukan, yaitu Maling Kudang Tergugat (2014) dan Reuni Banci (2015) itulah serangkain karya sastra drama pentas yang beliau ciptakan dan sutradarai sendiri hingga sekarang.

2.     Sinopsis Reuni Banci karya M. Sinar Hadi
                 Cerita Reuni Banci (RB) bermula seorang laki-laki yang berubah kodratnya menjadi wanita atau bisa disebut banci. Reuni banci mengkisahkan tentang para banci-banci dengan latar belakang yang berbeda ia berubah menjadi laki-laki menyerupai wanita
                 Kisah hidup banci yang di pertemukan dalam suatu kontes acara pemilihan ratu banci. Dari acara pemilihan ratu-ratuan ratu banci dari berbagai daerah di Nusantara ini, menceritakan bagaimana mereka bisa berubah menjadi banci dan dipanggil dengan karakter masing-masing. MC yang bergaya agak kebancian dan juri 1 yang agak kebancian, mendampingi pemilihan kontes acara pemilihan ratu banci itu.
                 Peserta pemilihan ratu banci yang dimeriahkan oleh dari beberapa 10 nominasi banci dari berbagai daerah di Nusantara yaitu, Beti (Bencong Tikungan) dari Jakarta, Beang (Bencong Angkringan) dari Solo, Lisa (Lilitan Sange) dari Papua, Barbi(Barang Bikinan) dari Madura, Mona (Monyong Napsuin) dari Madura, Tince (Tindakan Cepat) dari Tegal, Dobar(Doyan Barang) dari Ambon, Ntin Suhaetin alias Banjabar(Banci Jawa Barat) dari Garut Jawa Barat. Acara tersebut semakin tegang saat nominasi itu dibacakan lalu nominasi itu dimenangkan oleh Beti perwakilan banci dari Jakarta menjadi juara pertama, beti bagitu senang dan bangga saat segala macam pujian dan ucapan selamat.
                 Di suatu malam dipangkalan dekat perkampungan Jatinan dengan hati yang gundah gulana, beberapa Jatinan menanti laki-laki yang suka dengan Jatinan. Berbi dan Tince degan gaya lebay, mereka sedang menghitung uang penghasilannya semalam. Sementara Tince kelihatan mau muntah sebentar-bentar menjulurkan lidahnya. Di sudut berbeda tampak Beang dan Lisa resah gelisah belum ada yang mendekatinya. Seorang kakek yang dipanggil Engkoh keluar dari kegelapan malam. Ia berjalan dengan tertatih, diwajahnya terlihat antara senyum bangga dan letih setelah habis dipakai oleh Dobar.
                 Dalam Reuni Banci ini juga mengangkat kisah percintaan terlarang Beti dan Laki-laki 2. Di sudut taman, Beti dan pacarnya (laki-laki 2) sedang asik bercumbu. Lalu tiba-tiba mereka seperti berbincang serius tentang hubungannya. Lalu terdengar suara-suara gaduh, teriakan-teriakan dari jalan. Razia banci kiranya sedang berlangsung. Bersamaan dengan itu mona tampak terpongoh-pongoh memberitahu semua penghuni perkampungan JANTINA untuk bersembunyi. Tampak suasana makin keruh saat beberapa Kamtib mengejar-ngejar banci yang berusaha kabur.
Malam itu, di tempat pertemuan dan pembinaan banci-banci yang tertangkap. Mona, Beang, Lisa, Ntin Suhaetin, Barbi, dan Mami berhadapan dengan Pemuka Masyarakat. Wajah-wajah mereka kelihatan letih, namun mereka tetap harus menerima kenyataan pahit dan getir sebagai manusia-manusia khilaf. Sebagian kelompok JANTINA tampak resah, mereka menggerundel atas perlakuan PENGDA (Pengurus Daerah) terhadap para JANTINA. Tak lama muncul di belakang PENGDA, seorang PEMAG(Pemuka Agama), wajahnya yang bercahaya menandakan dia orang yang dapat memeberikan kebaikkan. PEMAG menasihati dan mengingatkan para banci tersebut tentang kodrat aslinya bahwa allah sangat membenci dan Rasulullah akan melaknat apa bila ada laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki yang berubah karena pengaruh lingkungan dan gaya hidup atau karena masa lalu yang membentuknya, maka agar segerlah bertaubat.
Di dalam kitab mana pun dan hukum mana pun itu pasti ada dibicarakan meski tersirat. Terlebih lagi di dalam Al Qur’an dan Al Hadits, sanksinya pun sudah jelas bagi golongan seperti kalian (Banci). Nabi bersabda “keluarkan mereka(usir), golongan mukhanats jika berada di rumah-rumah kalian, bila perlu asingkan mereka dari kehidupan bermasyarakat !”
Kemudian para banci dan Mami Bences melangkah bersama meninggalkan ruang pembinaan yang berasa kian pengap memenuhi jiwa dan dada mereka yang sesak mendesak untuk segera pergi menjauh dari PEGDA yang sok moralis dan PEMAG yang hanya bisa menyampaikan syariat demi syariat. Di pangkalan dekat perkampungan JANTINA, pada mamam itu Mami Bence tampak sedih karena ia tidak sanggup melihat tempat tinggal bersama JANTINA yang ia bangun, sudah dibakar dan Mami Bences belum bisa menerima kenyataan yang harus dihadapinya, sementara beberapa JANTINA berkemas-kemas untuk meninggalkan tempat itu. Banci-banci tersebut sempat kebinggungan mereka harus pergi kemana dan tinggal dimana, beberapa kali banci-banci itu menanyakan kepada Mami Bences dan akhirnya Mami Bences mengatakan agar para banci tersebut meninggalkan perkampungan JANTINA untuk meninggalkan semua kenangan dtempat itu dan menemukan jalan yang lebih baik selalin harus menjadi banci.
Di reruntuhan puing-puing pasca pembakaran tampak Beti, Dobar, dan Tince, sedang berbincang sambil berkemas. Mereka terlihat sedih, kecewa, gusar, dan nelangsa. Beberapa pesan disampaikan mereka apabila mereka sudah bertaubat dan menjadi laki-laki sejati. Mereka mengakui jalan yang mereka ambil selama ini sebagai banci itu salah. Setelah itu mereka apa bila bertaubat, mereka akan bersungguh bertaubat dan mempasrahkan dirinya hanya kepada Allah SWT, lalu tanpa disadari suara mereka kedengaran seperti layaknya laki-laki normal kembali.
Sebulan berlalu, di perkampungan jalan kota lalu lintas begitu padat. Tampak Beti berjalan sendiri di trotoar dengan berpakaian laki-laki. Sesaat mereka melihat Ntin, Lisa, Barbi, Mona, Beang, Dobar, dan Tince juga berpakaian laki-laki, berteriak  memanggil-manggil namanya. Beti senang sekali. Beti, ingin segera menyeberang jalan, namun tiba-tiba dari arah kanan beti, sebuah motor dikendari dengan kecepatan tinggi melintas dan menabrak Beti hingga Beti terpelanting dan membentur pinggiran trotoar. Beti seketika tewas. Semua teman-teman Beti menjerit, menangis, meratapi. Sesaat mereka kehilangan teman yang dicintainya.
Di perumahan dekat perkampungan JANTINA tengah malam di pos keamanan perumahan, dua orang hansip bergegas keliling perumahan untuk melihat dan meyakinkan kondisi dan situasi sekeliling lingkungan yang aman terkendali. Namun, suasana berubah menegangkan ketika sosok Beti datang dengan keadaan berkafan, berdiri di belakang pos penjagaan.  Kemudian ketika itu hansip itu tau dan kaget ada kedatang sosok Beti dalam keadaan yang masih berkafan ikut dalam percakapan mereka.
Kedua hansip berusaha kabur dari pos penjagaan, akan tetapi kaki-kaki mereka teras tidak dapat digerakkan. Mereka berlari di tempat, padahal mereka merasa sudah berlari jauh. Sementara Beti menatap ke depan kosong. Beti masih merasa sedih, karena ia belum menemukan orang yang memandikan dan mendandaninya ketika ia meninggal. Beti berdoa kepada Tuhan semoga taubatnya bisa diterima.



3.     Pertunjukan Reuni Banci karya M. Sinar Hadi
              Reuni Banci, dipertunjukan pada hari Kamis, 27 Juni 2015, pukul 14.00 di Gedung Pertunjukan Bulungan, Jak-sel. Sutradara: M. Sinar Hadi, Astrada: Ipan, Pemusik : Om Dedy (Musisi) dan Komunitas Vanderwijck. Dengan kapasitas penonton kurang lebih 300 penonton.
Pemain
Agni : Sebagai Beti (Jakarta)
Hari : Sebagai Beang (Solo)
Pepi : Sebagai Lisa (Papua)
Alfin :Sebagai  Barbi (Madura)
Faisal Eka : Sebagai Mona (Sumatra Barat)
Faris : Sebagai Tince (Tegal)
Jalal : Sebagai Dobar (Ambon)
Wishnu : Sebagai Suhaetin (Sunda)
Ipan : Sebagai MC
Rezki : Sebagai Juri 1
Sada : Sebagai Engkoh
Rian : Sebagai Laki-Laki 1
Hilman : Sebagai Laki-Laki 2
Rudi : Sebagai Mami
Pak Jupri : Sebagai PENGDA (Pengurus Daerah)
Hilman : Sebagai PEMAG (Pemuka Agama)
Teguh : Sebagai Hansip 1
Haidar : Sebagai Hansip 2








III  TINJAUAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN PADA PEMENTASAN DRAMA
      REUNI BANCI KARYA M. SINAR HADI

1.     Batasan dan Pemahaman Psikologi Pendidikan
A.   Definisi Pengertian Drama
Kata ‘drama berasal dari kataGrek (bahasa Yunani) ‘draien’, yang diturunkan dari kata ‘draomai’ yang smula berarti berbuat, bertindak, dan beraksi (to do, to act). Dalam perkembangan selanjutnya, kata ‘drama mengandung arti kejadian, risalah, dan karangan.
Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia Drama, merupakan komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan.
Riiris K. Sarumpaet dalam Soediro(2012:3) istilah Drama dan Teater memberikan batasan ‘drama’ adalah sebagai berikut, “Drama adalah ragam sastra dalam bentuk yang dimaksudkan untuk dipertunjukan di atas pentas. Secara lebih khusus, drama menunjuk pada lakon yang serius, dapat berakhir suka, maupun duka dengan masalah yang serius pula, sekalipun tanpa pamrih menjadikannya suatu drama duka.”
Menurut Waluyo (2014:40) dalam Alfian, drama naskah disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semanti, makna). Wujud fisik sebuah naskah a dalah dialog atau ragam tutur. Ragam tutur itu adalah ragam sastra.
M.H Abrams, dalam ‘Aglossary of Literary Terms”(1971:43) memberi batasan ‘drama sebagai ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Secara khusus drama menujuk pada lakon yang serius dapat berakhir dengan suka (suka cerita, komedi), maupun duka (duka cerota, tragedi).
B.  Definisi Pendekatan Psikologi
Menurut Suaka (2014:228) Psikologi sastra adalah kajian sasra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karya dalam berkaya. Beitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing.
Psikologi sastra secara umum bertujuan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra. Atas dasar itulah, penelitian psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra.
 Pendekatan psikologis model Freud, sampai saat ini paling banyak menjadi rujukan dengan teori kepribadian. Menurut Freud (dalam Ratna, 2008:62-63), teori kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu, pertama id atau es; kedua, ego atau ich; ketiga, super ego atau uper ich. Isi id (tidak sadar) adalah dorongan-dorongan primitive yang harus dipuaskan, salah satu contohnya adalah libido. Id dengan demikian merupakan kenyataan subjektif primer, dunia batin sebelum individu memiliki pengalaman tentang dunia luar. Ego (tidak sadar, prasadar, sadar) bertugas untuk mengontrol ego, sedangkan super ego (tidak sadar, prasadar, sadar)berisi kata hati.
Wallek dan Warren (1998) menyebutkan, psikologi memasuki bidang analisis sastra melalui beberapa jalan:
1.    Pembahasan tentang proses penciptaan.
2.    Pembahasan psikologi terhadap pengarangnya atau studi kreatif (baik sebagai satu tife, maupun sebagai seorang pribadi).
3.    Pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya sastra.
4.    Pengaruh karya sastra terhadap pembacanya.
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan yaitu :
1)    Pendekatan neurobiologist
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologist berupaya mengkaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi dalam tubuh serta menentukan proses neurobiologist yang mendasari perilaku dan proses mental.
2)    Pendekatan perilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarya tingkah laku adalah respon atau stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S-R atausuatu kaitan Stimulus-Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B Watson, kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F Skinner, dan melahirkan banyak sub aliran .
3)    Pendekatan kognitif
Menekankan bahwa tingkah laku adalah proses dimana individu(organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan dan menaggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukkan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang
4)    Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan ini dikembangkan oleh Sigmud Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, implus, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
5)    Pendekatan fenomenologi
Pendekatan ini lebih memperhatikan pada pengalaman subjektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri  dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.

2.    Pembahasan Pementasan Drama Reuni Banci karya M. Sinar Hadi
                 Dalam pementasan Reuni Banci ini M. Sinar Hadi tertarik mengangkat kisah kehidupan seseorang banci yang ada di kota metropolitan. pementasan drama ini berceritakan banci-banci JANTINA, manusia-manusia yang datang di era modernisasi dan globalisasi menggambarkan bagaimana banci JANTINA muncul dengan latar panggung dunia glamorisasi  di acara pemilihan ratu-ratuan ratu banci. Reuni banci ini sangat menarik karena tidak hanya membicarakan soal banci tetapi juga mengkritik pemerintah dan kritis terhadap kekuasaan. Dengan didukung ilustrasi dan memalui tata lampu dan musik menggambarkan pementasan drama Reuni Banci ini sudah terlihat sangat baik walaupun tidak banyak properti dan latar panggung yang banyak digunakan. 10 nominasi sangat menarik untuk dibahas karena banci JANTINA yang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Mereka memiliki latar belakang cerita pada masa lalunya, mengapa mereka bisa berubah menjadi banci.
Dalam mengkaji aspek psikologi salah satu tokoh bernama Beti dalam drama RB karya M. Sinar Hadi, perlu memperhatikan kejiwaanya karena pada tokoh utama ini waktu kecil sering nongkrong di tikungan dengan teman-teman tiap malam.
Perhatikan dialog antara Juri 1 dengan Beti dibawah ini :
Juri 1 :”Silahkan sebutkan nama ye satu persatu dan berikan alasan mengapa pilih nama itu dan sedikit latar belakang kenapa ye pada jadi manusia begini,ga jelas “
Banci 1 : “Namaku Beti. Alias Bencong Tikungan. Aku jadi begini karena waktu kecil aku sering nongkrong di tikungan dengan teman-teman tiap malam. Lalu peristiwa  mengemparkan masyarakat sekitar menimpa diriku. Hujan turun deras. Waktu itu aku mau berlari pulang, tapi tiba-tiba langit gelap, guntur menggelegar dan kilat menyambar-nyambar, dan acchhh, ‘dasar’ kilatnya iseng aja, kilat itu menghabiskan penghuni yang ada di selakangannya dan  aku pernah ikut kejuaraan cheersleader. Tapi nggak lama aku dikeluarkan dari grup alasannya aku terlalu kurus sekali.”    
                 Memperhatikan perkembangan jiwaan tokoh Beti dalam RB karya M. Sinar Hadi ini, bahwa Beti kurang adanya pengawasan dari orang tuanya, kasih sayang hingga kurangnya perhatian atas perilaku dan perkembangan saat Beti tumbuh. Kurangnya pembekalan orang tua dari sejak dini menjadi salah satu faktor untuk perkembangan dan kejiwaan anak bertumbuh menjadi sesuai jenisnya dan kodratnya. Pembekalan agama yang penuh, membuat anak juga bisa mengambil jalan yang baik dan mana jalan jalan buruk.
Kemudian dari segi psikologi salah satu tokoh banci yaitu Tince nominasi dari Madura, waktu kecilnya termasuk anak laki-laki yang cerdas, cadas dan kandas. Waktu kedua orang tuanya ingin membuat dia, bapaknya ingin anak laki-laki tetapi ibunya ingi anak perempuan., mereka galau. Lalu saat ML mereka sempat berdebat ini itu, laki-laki dan perempuan, kemudian sampai menjelang ejakuasi bapaknya berteriak banci dan akhirnya Tince  lahir dengan agak ke  wanita-wanitaan. Akhirnya tince memutuskan pergi dari rumah. Untuk mencari nafkah sendiri.
Maka dalam aspek psikologi ini pada drama pertunjukan RB karya M. Sinar Hadi, peranan orang tua mendidik anak sangatlah penting karena  dalam perkambangan dan tumbuhnya seorang anak atau anak laki-lakinya berkembang secara alami seperti laki-laki normal, itu hanya bisa bagaimana orang tua mendidiknya dan bagaiman gaya hidup serta lingkungannya yang dapat mempengaruhinya bak buruknya dala id, ego dan super ego yang ada pada dirinya.
Para banci JANTIN ini berubah menjadi banci karena mengalami beberapa faktor yaitu, akal sehat dan fitrahnya yang kurang dipakai untuk memenuhi nafkah, mereka mejadi banci karena pengaruh linggkungan dan gaya hidup yang menjerumus ke arah frustasi hingga ia memutuskan ke jalan yang salah yaitu menjadi banci.
















IV  PENYIMPULAN DAN SARAN
1.    Kesimpulan
          Sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya, tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional. sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya nonfiksi.
          Dengan mempelajari sastra kita akan mengenal yang namanya karya sastra. Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Dari permasalahan tersebut, dibuatlah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut disebut drama.
     Hasil analisis pertunjukan drama menunjukan bahwa pada drama yang berjudul Reuni Banci karya M. Sinar Hadi ini memiliki suatu aspek tentang kejiwaan, dimana keseluruhan isi drama dibahas dengan menggunakan pendekatan Psikologi Sastra. Hal atau bagian pada naskah drama yang kentara dengan pendekatan yang diterapkan tersebut, bisa dilihat pada peristiwa ketika Penyair harus memutuskan apakah Ia harus mengambil jalan kegelapan atau jalan yang baik.

2.    Saran
-          Pustaka acuan
Abu ahmad. Psikologi Umum. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian: Perkenalan Awal Terhadap
      Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan Teater Bagian 1. Yogyakarta: Ombak
Suaka, I Nyoman. 2014. ANALISIS SASTRA: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
     Ombak.




Thanks for reading & sharing adskproject

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment