Home » » TEORI SASTRA

TEORI SASTRA

Posted by adskproject on Tuesday, 13 September 2016

Selamat pagi, siang, malam bro/sist yang lagi nyari tugas. Gimana pusing ga? jangan di ambil pusinglah... Nikmatin aja. Nih saya kasih artikel Teori sastra yang mudah-mudahan bisa membantu adik-adik dan kakak-kakak. Bagi yang ingin bertanya, silahkan di kolom komentarnya. oke, selamat membaca.
 
TEORI SASTRA



Pertemuan 1

A. Devinisi, Konsep dan Hakikat Sastra

          Kata sastra sebenarnya berasal dari dua akar kata yaitusas dan tra yang berasal dari bahasa sansekerta, kata sas yang berarti mengajar, mengarahkan, memberi petunjuk, sedangkan tramenunjukan pada alat dan sarana. Jadi bisa di simpulkan bahwasastra adalah alat atau sarana untuk mengajarkan sesuatu. Istilah sastra sering juga di sebut susastra, su yang dalam bahasa jawa berarti baik, jadi istilah susastra adalah alat untuk mengajarkan sesuatu yang baik.
          Ilmu sastra dalam klasifikasi Renne Wellek (1976), terbagi menjadi 3 bidang, yaitu : teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra.
- Teori sastra adalah Ilmu yang mempelajari hakikat, kaidah, dan prinsip-prinsip sastra.
- Kritik sastra adalah ilmu yang melaksanakan kegiatan mengkritik, mengkaji, menelaah, menganalisis, mengapresiasi, atau meneliti karya sastra dengan menggunakan teori sastra. Hasil kegiatannya berupa teori sastra atau prinsip-prinsip sastra.
- Sejarah sastra adalah bidang ilmu sastra yang mengkaji mengenai aliran-aliran, corak, angkatan pengarang, gaya tulisan, periodesasi suatu karya sastra yang bisa dihasilkan dari kritik sastra.

Dari wujudnya karya sastra di bagi menjadi 2 :

1.     Sastra tulis, dibagi menjadi 3 :
- Puisi        
- Prosa
- Drama

Jenis-jenis sastra tulis :
a)    Puisi
-    Jika menggunakan jawa kuno puisinya di sebut kakawin.
-    Jika jawa tengahan di sebut kidung.
-    Jika jawa baru/surakarta di sebut tembang, tembang ada 3 : ( tembang gedhe, tembang tengahan, tembang alit ( macapat ).
b)    Prosa
-    Jawa kuno disebut parwa.
-    Jawa tengahan tidak ada istilah.
-    Jawa klasik disebut babad.
-    Jawa modern disebut cerita cekak, cerita sambung, dan juga novel.
c)    Drama
-    Jawa kuno berupa wayang.
-    Jawa tengahan berupa wayang dan tarian.
-    Jawa klasik berupa wayang kulit purwa, wayang kulit godog, wayang wong,dll.
-    Jawa modern berupa ketoprak dan film.

2.     Sastra lisan, dibagi menjadi 3 :
-    Puisi ( nyanyian rakyat, lagu dolanan, mantra )
-    Prosa ( mitos, legenda, dongeng )
-    Drama ( ketoprak, wayang orang, wayang kulit, ludrug, dagelan, sandiwara, dll )
Ciri-ciri sastra lisan :
a.    Disebarkan dari mulut ke mulut.
b.    Turunan dari generasi ke generasi ( tradisi lisan ).
c.    Anonim ( tanpa pengarang ).
d.    Menjadi milik bersama.
e.    Banyak versi, sesuai orang yang bercerita.


Pertemuan 2-3

B.  Bahasa sastra
          Bahasa yang disebut sastra adalah bahasa khas ( ein sekundares system ), yaitu sistem pembentuk model sekunder berdasar system primer. Sementara bahasa sehari-hari adalah ein primares modellbeldendes system, system pembentuk model primer yang mengikat baik penulis maupun pembaca. Bahasa sastra cenderung menggunakan arti kiasan.
          Menurut Riffaterre (1978) menyebut bahwa sastra adalah ekspresi yang tidak langsung, ketidaklangsungan ekspresi di sebabkan oleh 3 hal :
1)    displacing of meaning (menggunakan pepindhan dan penggantian arti)
2)    distorting of meaning (pembelokan arti-rti bahasa)
3)    creating of meaning ( mencipta arti baru)
Sastra sebagai sistem semiotik
          Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda. Sastra merupakan sistem tanda karena sebenarnya alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan-gagasan dari penulis kepada pembaca.
          Tanda memiliki dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda ini bersifat semena-mena (arbitrer) tergantung konvensi pemakainya, maksudnya penanda kursi bagi masyarakat inggris tidak memiliki arti apa-apa dan tidak ada hubungannya dengan benda kursi yang kita kenal. Sedangkan petanda adalah aspek bentuk sementara penanda, aspek isi (konsep).penanda bersifat manasuka. Pandangan ini sebenarnya di ilhami oleh De Saussure, seorang ahli bahasa.
          Oleh peirce, jika dilihat dari hubungan antara yang menjadi penanda dan yanh di tandai, tanda di bagi dalam 3 golongan :
1.    Ikon, yaitu tanda yang mempunyai kemiripan hubungan. Contohnya foto diri, foto diri mempunyai kemiripsn dengan aslinya,
2.    Index, yaitu hubungan penanda dan petanda merupakan hubungan sebab akibat, contohnya api dan asap.
3.    Symbol, yaitu tidak memiliki hubungan secara langsung atau sebab akibat. Yang termasuk symbol adalah bahasa.
          Teeuw (1984) menyarankan bahwa utnuk memahami sastra melalui konvensi bahasa, sastra, dan budaya. Artinya sebagai langkah awal dialisis dengan konvensi bahasa. Kaidah linguistik di gunakan untuk memahami teks sastra pada langkah awal. Selanjutnya teks di pahami dengan konvensi budaya.

Pertemuan 4-5

C.  Berbagai Pendekatan dalam Sastra

          Abrams (1981) dalam the mirror and the lamp menyatakan bahwa sastra sebagai sarana komunikasi dapat di dekati dari aspek, yaitu universe atau semesta, ekspresi, pragmatik, dan objektif atau karya itu sendiri.
          Pendekatan semesta dikenal dengan pendekatanMimesis yaitu pendekatan yang menekankan pada segi alam semesta bisa di artikan juga dengan karya sastra  di anggap baik apabila berupa tiruan alam semesta. Pendekatan Mimesis sebenarnya di rintis oleh Plato pada sekitar tahun 470 an SM, yang berpandangan bahwa kenyataan hanya ada di dunia khayal, karena yang hakiki, yang being, yang nyata atau yang benar hanya ada di dunia ide. Oleh karena itu kebenaran bersifathierarkis.
          Pendekatan pragmatik yaitu pendekatan yang menekankan bahwa karya sastra di sebut baik jika memiliki fungsi bagi masyarakat yaitu untuk di baca. Pendekatan ini muncul bersamaan dengan munculya tulisan Horatius yang menyatakan bahwa sastra haruslah dulce at utile,indah tapi juga menyenangkan atau bermanfaat. Pendekatan ini memunculkan teori seperti teori resepsi sastra iser, estetika resepsi jauss, dsb.
          Pendekatan ekspresif menekankan pada segi pengarang selaku pencipta sastra dan sastra di sebut baik tergantung dari apa intensi atau niat pengarang. Teori ini di dominasi oleh teori psikologi tokoh.
          Pendekatan objektif menekankan pada segi objeknya, yaitu karya sastra merupakan peristiwa bahasa yang otonom dan memiliki makna yang absolut. Pendekatan ini muncul di ilhami oleh buku Saussure yang melahirkan strukturalisme.    Strukturalisme merupakan teori sekaligus dapat di gunakan sebagai metode analisis dan pendekatan terhadap karya sastra. Strukturalisme yang kita kenal sekarang ini adalah strukturalisme semiotik yaitu struktural yang menekankan terhadap tanda.
          Pendekatan selain yang di mnculkan oleh Barams adalah pendekatan semiotik, stilistika, sosiologi sastra, psikologi sastra, estetika dan pendekatan historis.                    
 Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang menekankan bahwa teks sastra merupakan sistem tanda.
          Pendekatan stilistika adalah pendekatan yang menekankan pada aspek bahasa. Baik buruknya karya sastra tergantung pada bahasa, pendapat ini di dasarkan pada asusi yang menyatakan bahwa karya sastra adalah peristiwa bahasa. Pendekatan sosiologi sastra merupakan pendekatan yang sangat menekankan pada sosial masyarakat.hubungan antara karya sastra dengan masyarakat tidak bersifat diterministik tetapi melalui mediasi. Teori-teori sosiologi seperti interaksi sosial, ideologi, kebudayaan bekembang dengan perkembangan ini.
          Pendekatan psikologi sastra atau psikokritikmenekankan segi kejiwaan tokoh atau pengarang. Teori Sigmund Freud tentang ego adalah contoh dari analisis sastra yang menggunakan pendekatan psikologi. Pendekatan estetika memandang bahwa karya sastra adalah kreativitas seni. Pendekatan ini ssangat tidak berkembang sebagaimana pendekatan historis dan antropologis. Pendekatan struktural yaitu pendekatan yang menekankan pada struktur teks, memandang bahwa teks ada kaitannya dengan unsur.

Pertemuan 6-7
D. Berbagai Metode Analisis

          Metode hermeneutik adalah teknik yang di gunakan untuk menafsir teks dari tidak menagerti menjadi paham atau mengerti. Metode ini di kembangkan oleh Riffatere untuk mamahami teks sastra. Menurut Lorman bahasa sastra merupakan bahasa tingkat kedua, sedangkan bahasa sehari-hari merupakan bahasa tingkat pertama. Menurut Lorman untuk memahami sastra langkah pertama adalah melalui pembacaan heuristik, yaitu pembacaan yang di dasarkan pada konvensi bahasa, pembacaan ini masih bersifat linier. Teknik membaca heuristik  juga bisa di artikan teknik yang di gunakan untuk memperoleh data, jika datanya ada di dalam teks, teknik membaca di dasarkan pada teknik bahasa. Sedangkan teknik membaca hermeneutik adalah data atau teks yang di  baca harus di teiti dengan teknik menafsirkan.
          Metode struktural semiotik adalah metode semiotik yang menggunakan prinsip-prinsip struktural untuk memperoleh analisis semendetail mungkin. Istilah pendekatan ini dalam sastrs indonesia di munculkan oleh Pradopo (1993). Asumsi dasar metode ini adalah bahwa karya sastra merupakan bangun struktur yang masing-masing unsurnya saling berkaitan.
          Metode dialektik berasal dar filsafat Hegel Faruk mengungkapkan bahwa metode dialektik di kembangkan dari Marxis yang di kembangkan oleh Lucient Goldmann. Metode ini terdiri dari dua pasang yang berlawanan, yaitu sebagian-keseluruhan, pemahaman-penjelasan. Cara kerja metode ini adalah kritikus berangkat  dari pemahaman teks dapat memperhatikan unsur bagian demi bagian ke arah keseluruhan. Metode dialektik juga merupakan sesuatu yang saling berdebatan antara sebuah pernyataan dengan pernyataan yang lain yang berbeda satu sama lain dan tidak ada akhirnya.






Thanks for reading & sharing adskproject

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment